Lidah buaya. Tanaman ini tentu sudah tak asing lagi bagi Anda. Tapi kebanyakan orang masih mengenal tanaman ini, hanya sekedar sebagai tumbuhan obat belaka. Setidaknya, tumbuhan ini cukup populer sebagai bahan kosmetik, seperti shampoo, misalnya.

Belakangan ini, Lidah buaya tak lagi hanya sekedar menjadi penyubur rambut, tapi sudah menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan. Daunnya yang tebal ternyata mengandung serat bening yang bisa menjadi bahan minuman. Bukan hanya menyegarkan tapi juga menyehatkan.

Noor Anwar, pengusaha asal Jogja, telah membuktikan manisnya bisnis minuman berbahan dasar lidah buaya ini. Ia memang produsen lidah buaya yang diolah menjadi minuman yang banyak digemari orang. Pemilik bisnis Grup Graha Multimedia ini mengaku memproduksi 3 ton dawet lidah buaya.

Menurut Anwar, sebenarnya peluang pasar dawet lidah buaya masih terbuka lebar. Hanya saja, butuh kesabaran untuk mensosiasilasikannya. Ia memulai bisnis sejak dua tahun lalu, tapi menikmati hasilnya baru beberapa bulan belakangan ini saja.

Dawet dari lidah buaya memang dianggap masih asing. Karena itulah, produsen minuman ini masih bisa dihitung dengan jari, khususnya di wilayah Jogja dan Jawa Tengah. ?Untuk produk makanan ini, rasanya saya masih sendirian, saya senang jika banyak orang yang mengikuti,? kata lelaki yang memiliki banyak bisnis ini.

Bisnis lidah buaya, selama ini banyak dimainkan pengusaha di Pontianak, Kalimantan. Di kawasan ini, minuman lidah buaya sudah menjadi hal yang lumrah. Untuk pemain nasional, ada Wong Coco, Inaco, dan Kavera. Produk terakhir lebih banyak diekspor ke Jepang.

Masih menurut Anwar, tanaman yang nama latinnya Aloyvera ini bukan hanya menyegarkan tapi juga berkhasiat. Dari hasil berbagai penelitian, lidah buaya memang memiliki daya penyembuhan terhadap berbagai penyakit, dari antiinflamasi, anti jamur, anti bakteri dan regenerasi sel tubuh. Selain itu, juga memiliki fungsi untuk mencegah asma, impotensi, kerontokan rambut, menurunkan kadar gula dan melancarkan pencernaan. Mnurut hasil penelitian, tanaman ini banyak sekali manfaatnya.

Melihat manfaat tersebut, Noor Anwar merasa optimistis bahwa bisnis produk lidah buaya yang digelutinya akan memiliki prospek yang sangat cerah. Hanya saja, saat ini ia harus bekerja keras untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat. ?Saya optimis karena dari yang sudah merasakan minum kebanyakan ketagihan karena melihat manfaatnya,? tutur Noor lagi.

Lidah buaya bisa dibuat berbagai macam produk minuman dan makanan. Dodol,selai,coctail, dan juice. Selain itu, lidah buaya bisa dibuat tepung untuk kebutuhan farmasi.

Noor memang optimis bisa meraih pasar yang luas dari produk dawet lidah buaya. Sebab dia sudah menemukan formula untuk menetralkan rasa lidah buaya tersebut. ?Selama ini, banyak orang yang merasa tidak cocok dengan aroma lidah buaya, tapi sekarang tidak lagi karena kami sudah menemukan proses penetralan sehingga aroma itu sudah hilang,? tandas bapak tiga anak ini.

Ditegaskan juga, berbisnis Lidah buaya sangat menguntungkan. Baik dijual mentah maupun olahan. Daun lidah buaya bisa dijual ke pabrik seperti Inaco dan Wong Coco. Atau pabrik lain yang mengolahnya menjadi chip ,liquid dan tepung.

Bukan hanya pasar yang menjanjikan, keuntungannya pun dijamin menggiurkan. Bahkan jika diolah menjadi minuman, keuntungannya bisa mencapai 100 persen. ?Keuntungannya memang besar, karena proses pembuatannya memang sederhana,? tandasnya.

Harga produk daun lidah buaya, menurut Noor Anwar kini mencapai Rp 1.200 per kilogram. Untuk produk 3 ton dawet, ia menghabiskan bahan baku sebanyak 15 ton. ?Yang kita ambil memang hanya airnya, jadi menyusutnya banyak,? paparnya lebih lanjut.

Noor juga menjelaskan, berkebun lidah buaya juga menguntungkan. Karena itulah, sejak dua tahun lalu, ia sudah mengembangkan kebun lidah buaya seluas tiga hektar di Kulonprogro. Menurut rencana ia juga akan mengembangkan sistem plasma dengan menjalin kerjasama dengan petani.

Nah untuk pengolahan tanah tanaman lidah buaya ternyata tidak memerlukan proses yang rumit. Katanya tanaman ini, cocok di tanaman di dataran rendah berpasir dan cukup air. Yang lebih bagus lagi harus terkena sengat matahari langsung. Anda tertarik silakan mencoba. Dan anda perlu melihat analisa binsis berikut ini

Analisa usaha Lidah Buaya untuk 5 hektar dengan system irigasi tetes (ro-drip)

A.sarana produksi
-Bibit 50.000 batang @Rp 1.500 Rp 75.000.000
-pupuk cair 2000 liter@Rp2.000 Rp 4.000.000
-pestisida 10 liter @ Rp 100.000 Rp 1.000.000
Jumlah Rp 80.000.000

B. Pengolahan tanah Rp 25.000.000

C.Peralatan
-Cangkul, sprayer,dll Rp 5.000.000
-peralatan ro-drip 1 paket Rp 40.000.000

D.biaya penyusutan alat
-saprodi 10 % dari @ Rp 5.000.000 Rp 500.000
-peralatan ro drip 10 % dari Rp 40 jt Rp 4.000.000

E. lain-lain
-sewa lahan satu tahun Rp 10.000.000
-petugas kebun 5 orang 12 bl @1.5 jt Rp 18.000.000
-transportasi 12 bl @ Rp1.000.000 Rp 12.000.000
-Pajak bumi dan bangunan Rp 500.000

F. Biaya pemeliharaan 3 X dalam setahun
1.sarana produksi
--pupuk cair 15.000 liter @ Rp2.000 Rp 30.000.000
--pestisida 30 ltr @100.000 Rp 3.000.000
2.Upah tenaga kerja
--penyiangan gulma 150 HOK@Rp15rb Rp 2.250.000
--penamanan 50 HOK Rp 750.000
--pengendalian hama 150 HOK@Rp15rb Rp 2.250.000
--pembersihan saluran drainase Rp 3.000.000
--pembumbunan Rp 3.000.000
--panen RP 2.250.000
--pengangkutan Rp 2.250.000
Jumlah F Rp 48.750.000

Modal tetap (c) Rp 45.000.000
Modal lancar (A+B+E+F) Rp194.200.000

I. Jumlah modal yang diperlukan = Rp 45.000.000 + Rp 194.200.000 = Rp 239.200.000
II. Biaya produksi= Penyusutan Rp 4.500.000 + modal Rp 239.200.000= Rp 243.700
III.Penjualan dan keuntungan

a.produksi per ha perbulan= 8000 kg(10.000 pelepah X 0.8kg) = 40.000 kg
b.Jumlah panen dalam satu tahun = 12 kali
c.Harga jual perkilogram Rp 1.200

Pendapatan perbulan =40.000 kg X Rp1.200= Rp 48.000.000

Pendapatan pertahun = 12 X Rp 48.000.000= Rp576.000.000
Catatan: analisa diatas merupakan kebun skala besar. Kebun lidah buaya juga bisa dijalankan dengan skala kecil sesuai kemampuan anda. -berbagai sumber/tabloid probis/info usaha