Ingin bertahan lama di dunia usaha? Anda harus mempertahankan mutu produk. Meskipun mahal harganya, orang puas memakainya. Setidaknya itulah semboyan Triana dalam membuat tas payet. Bahan yang dipakainya adalah kualitas nomor satu, jadi jangan heran jika tas payet buatanya tergolong ekslusif, baik dari segi harga maupun model.

Saya senang dengan tas payet karena banyak seninya. Selain bisa menyalurkan hobi, bisnis ini juga menjanjikan jika kita serius menanganinya. Memayet itu butuh konsentrasi, tidak bisa sambil ngobrol, harus teliti dan sabar," uj'ar Triana, ibu dari seorang putri ini.

Menurut alumni Inter Study jurusan Public Relations, tas payet lebih rumit daripada tas model biasa. Lama pengerjaan bergantung dari rumitnya desain dan perpaduaan berapa banyak warna, serta ada detail-detail lain yang susah ditiru. "Untuk model terbaru, saya biasanya membuat satu dulu, lalu kita cek apakah ada kekurangan. Jika iya, maka akan diperbaiki seperti yang saya dan desainer inginkan. Untuk motif payet saya sendiri yang mengembangkan, intinya saya tidak mau menyontek."

Dalam memproduksi tas, Triana memiliki dua kategori, yaitu ekslusif dan massal. Tas payet ekslusif hanya diproduksi lima pieces untuk satu model, sedangkan massal bisa 60 pieces sekali produksi dan akan dibuat lagi jika ada permintaan. Waktu pengerjaan berkisar antara dua sampai lima hari, bergantung dari tingkat kesulitan.

Untuk menjaga kualitas tas, Triana menggunakan payet terbaik buatan Jepang. "Sebenarnya bisa saja memakai payet Taiwan, tetapi saya ingin usaha ini langgeng. Saya perlu membentuk brand image untuk Lakeisha agar dikenal karena kuaiitasnya. Makanya tas Lakeisha agak mahal, untuk model sederhana saya jual Rp 350 ribu. Padahaf di pasar Mangga Dua atau Blok M bisa dibeli dengan harga Rp 180-250 rjbu. Mereka mernakai payet campuran, bukan buatan Jepang," katanya menjelaskan.

Bagi orang awam sulit rasanya membedakan mana payet kualitas terbaik atau bukan. Payet Jepang akan berkilau jika terkena sinar iampu, dan warnanya tidak akan berubah meskipun telah lama dipakai. "Kekuatan payet bergantung dari jahitannya, setiap tas yang diproduksi Lakeisha selalu kuat jahitannya dengan mematikan setiap ruas payet. Sebenarnya itu membuat pekerjaan menjadi lama, tetapi hal ini menanggulangi jika ada satu payet yang putus tidak akan brodol semua," ungkap wanita asal Palembang ini.

Untuk bahan tas, Triana menggunakan bahan jok kursi, tay silk, kulit ular, dan codorai. Sedangkan untuk penyimpanan dan perawatan ia menyarankan tas payet disimpan dalam pembugkusnya, jika terkena noda cukup dilap dengan alkohol.

IKUT PAMERAN
Usaha yang kini digeluti Triana berawal di pertengahan tahun 2002, ketika itu seorang temannya yang berprofesi sebagai pramugari sering membawakan tas buatan Bali. Karena banyak yang suka, lalu Triana menjualnya. Akhirnya ia datang ke Bali untuk memborong dan ikut pameran di Jakarta. Namun tas buatan Bali banyak yang jual, dan desainnya monoton. Tidak ada kepuasan dalam diri Triana. Akhirnya ia beralih ke tas model payet.

Setelah beberapa kali ikut pameran di dalam negeri, ternyata feed back yang didapat Triana lumayan kencang. Beberapa kota telah menjadi parter eksportnya seperti Canada, Chicago, Paris, London dan Jepang. "Meskipun item yang dikirim tidak banyak, namun mereka kontinyu memesan. Ini membuktikan produk Indonesia banyak peminatnya, dan mereka sangat menghargai hand made ujar Triana penuh kebanggaan.

Selain tas, Triana yang tahun ini genap berusia 25 tahun, juga memproduksi sepatu dan aksesoris kalung. Orang belanja ingin sekalian lengkap, namun kedua barang tersebut tidak banyak dibuat, karena ia lebih konsentrasi di tas. Terkadang karena banyaknya sepatu yang harus di stok, Triana terpaksa menjual dengan harga miring karena telah kelamaan di gudang.

BANYAK RELASIRencananya Lakeisha akan membuka cabang butik di Pasar Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia, awal tahun depan. Saat ini beberapa dokumen sebagai pelengkap sedang diurus. Triana bersyukur banyak saudara dan relasi yang mendukung usahanya, selain sang suami. "Saya senang jika tas payet buatan saya dipakai orang. Saya ingin Lakeisha dikenal dan berkembang seperti merk lain yang sudah gc internasional," kata Triana penuh harap.

Di balik kemudahan yang didapat, Triana juga mengalami kesulitan menjalankan usaha karena semua dijalankan sendiri, terutama untuk pemasaran dan mengatur orang banyak (karyawan). Untungnya selama ini belum ada komplain dari konsumen, kebanyakan mereka puas dengan tas yang dibeli. Meskipun mereka harus merogoh kocek antara Rp 175 ribu - Rp 1 juta untuk mendapatkan tas payet Lakeisha. -berbagai sumber/tabloid probis/info usaha