Awalnya cuma dari hobi, tapi kini jadi usaha yang memiliki juataan rupiah. Bahkan ia juga berhasil mendirikan Dini Design untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Usahanya dimulai tahun 1998, ketika berdiri, ia harus pandai-pandai mencari celah untuk mengembangkan usahanya. Bagaimana kiat memasarkan produknya?

Kata orang, mengawali usaha itu sulit. Namun itu tidak berlaku bagi cewek sarjana lulusan landscape arsistek IPB. Dini Astriani memulai usahanya membuat kartu ucapan dari bahan kertas koran dan pelepah pisang yang diblender serta kertas daur ulang dari pabrik yang bisa dibeli di toko stationery.

Produknya kemudian berkembang pesat. Bahkan produknya juga dilengkapi variasi seperti kain batik atau biji bunga kering, dan ornamen lainnya. Usahanya kini sudah berkembang dengan 500 item produk mulai dari buku, lilin, notes, pigura, hiasan-hiasan, tempat tisu, tempat pensil, dan hiasan dinding bros. Bahkan, saat ini, dini membuat sendiri kertas daur ulang dari pohon pisang.

Ia memulai usahanya dengan modal Rp 100 ribu. Uang itu ia pakai untuk membeli alat-alat produksi seperti gunting, cutter, glugan (alat tembakan lem yang dibakar pakai listrik, red), dan lem lilin untuk perekat kaca. Selain alat-alat itu, dibutuhkan juga catut, paku, tang, dan palu. Prinsip usahanya sangat sederhana, yakni diperlukan kerapian dan ketelatenan dalam mengerjakannya. Pesanan pertama datang dari Kebon Raya Bogor dengan membuat kartu ucapan kosong yang dijual ke orang bule yang berkunjung kesana.

Untuk mendapatkan ide dalam menciptakan produk, biasanya Dini melihat buku atau produk yang sejenis yang dikembangkan. "Yang menjadi produk unggulan kami adalah kotak kemasan dengan berbagai warna dengan 3 bahan dasar yang berbeda. Yakni kertas koran, pelepah pisang, dan kertas daur ulang yang diolah pabrikan," tuturnya.

Hasil karya Dini Design sudah sampai dikirim ke luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Jerman, dan California lewat pihak lain atau buyer luar yang kebetulan datang ke pameran di Bogor. "Yang paling banyak diminati adalah undangan pernikahan dan souvenir yang etnik dengan warna-warna natural, tapi pesanan belum kontinyu," ujarnya bangga.

Untuk produk souvenir harganya bervariatif, dari Rp 1.000-Rp 7.500 dan undangan yang harganya mulai Rp 3.000, Rp 12.000 hingga termahal Rp 35.000. "Biasanya order tiap bulan 200 pieces tapi pernah sekali mencapai 3.000 pieces untuk produk kemasan tempat dompet, dimana harga satuannya Rp 4.000," cetusnya.

KIAT PEMASARAN
Sejauh ini, teknik pemasaran yang digunakan dari mulut ke mulut. Ini dikarenakan usahanya masih bersifat home industry serta ditambah dengan kesibukannya dalam mengurus anak. Sehingga untuk meminimalisir resiko dan cost ia tidak punya stand sendiri. Yang ia lakukan untuk memasarkan produknya dengan menitipkan produknya ke mal dan toko stationery.

"Saat ini saya lebih fokus pada pemasaran lewat outlet yang lebih rutin dibanding order. Dan kini telah tersebar di 20 outlet dengan sistem konsinyasi," jelasnya.

Kiat lainnya, dengan menjual produk yang banyak laku, umumnya produk itu modal kerjanya tidak terlalu banyak, sehingga harganya bisa lebih murah. Dari produk semacam ini Dini bisa mengambil margin sampai 50 prosen. Misalnya, produk potongan gambar untuk anak yang bisa dibuat lagi menjadi produk akhir seperti pembatas buku seharga Rp 1.000-an. Produk ini mengandalkan keunikan produk sehingga dibuat low margin dan high volume. -pus/cs

INFORMASI LEBIH LANJUT:
Dini Astriani (Pemilik Dini Design)
Jl Pahlawan 113 Bogor -berbagai sumber/tabloid probis/info usaha