Sempat merugi, PT Usbersa Mitra Logam bangkit dan mencetak omset Rp 200 juta per bulan. Kiatnya?

Jangan meremehkan terhadap barang-barang yang kelihatan kecil dan kelihatannya tidak berguna. Karena justru dari sekrup, mur, ring atau plat-plat besi kecil itulah PT Usbersa Mitra Logam mencetak omset Rp 200 juta per bulan.

Namun sebelum berhasil mencetak laba, PT Usbersa Mitra Logam sempat menderita kerugian terus. Sehingga 10 industri logam kecil yang menjadi pemegang sahamnya sering nombok terus. "Untuk membayar pajak Rp 8 juta saja kami harus iuran," kata Direktur Utama PT Usbersa Mitra Logam, Haposan Simanjuntak.

PT Usbersa Mitra Logam sejatinya berawal dari sebuah klinik industri milik PT Astra International yang digagas oleh Palgunadi Setyawan. Klinik industri ini memberikan pekerjaan , memberikan advice cara mengerjakannya, bahkan memberikan bantuan mesin. "Klinik industri ini juga membantu meningkatkan kualitas produk dari industri-industri kecil ini, hingga pada akhirnya mereka bisa mengerjakan order-order pesanan Astra,? ungkap Haposan.

Namun pada perkembangannya, sebut Haposan, klinik industri sendiri merasa biaya operasionalnya terlalu besar. Karena pihak Astra International harus menempatkan beberapa stafnya di klinik industri. "Dari situ muncul ide untuk mendirikan perusahaan yang pemegang sahamnya adalah industri-industri kecil yang dibina klinik industri," paparnya.

Dengan mendirikan usaha sendiri ini, lanjutnya, industri-industri kecil pendirinya bisa mengurusi semua persoalan-persoalan yang ada. "Mereka bisa mengurus diri sendiri, dan berdiskusi sendiri mengenai pekerjaan-pekerjaan yang diberikan Astra," imbuh Haposan.

Dalam hal hubungan dengan PT Astra International, menurut Haposan, PT Usbersa Mitra Logam bertindak sebagai mediator. Artinya, order-order dari PT Astra diberikan kepada PT Usbersa Mitra Logam. Setelah itu order ini diberikan kepada 10 industri kecil pemilik saham perusahaan tersebut. "Mereka yang mengerjakan order membayar fee kepada kami sebesar 2,5 sampai 5 persen dari omset," ujar Haposan, mantan direktur di sebuah perusahaan kontraktor Australia ini.

Tetapi selain mendapatkan fee dari anggotanya, lanjut Haposan, PT Usbersa Mitra Logam juga merupakan unit usaha sendiri. Artinya, ketika para anggotanya tidak mau mengerjakan order dari Astra karena menilai labanya kecil maka PT Usbersa Mitra Logam yang akan mengambil alih pengerjaan order tersebut.

Dikatakan Haposan, yang juga direktur utama PT Eka Sejahtera Mulia, order-order yang diberikan Astra biasanya bukan merupakan komponen utama, melainkan suku cadang-suku cadang kecil sepeda motor. Misalnya; mur, ring, pelat besi, pipa-pipa dan standar (penyangga) sepeda motor. "Kami mendapat order membuat barang-barang kecil yang kalau disatukan menjadi komponen," sebut Haposan.

Pernah mendapat order membuat komponen utama sepeda motor? "Belum. Karena biasanya Astra memberikan pekerjaan pembuatan komponen utama kepada anak perusahaannya," katanya. Meski bermitra dengan Astra sekitar 13 tahun, bukan berarti produk dari PT Usbersa Mitra Logam maupun industri kecil yang menjadi anggotanya selalu lancar. "Pernah juga kami mengalami kegagalan. Tetapi biasanya bukan gagal total. Kesalahan yang terjadi biasanya cuma soal ukurannya. Kalau masih bisa diperbaiki ya kami perbaiki tetapi kalau tidak bisa ya kami buang," ucap Haposan.

Sekalipun Astra International merupakan pemberi pekerjaan utama, tetapi industri-industri kecil di wilayah Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) Pulogadung, ini tidak semata-mata mengandalkan order dari Astra. "Pada dasarnya mereka bisa membuat produk apa pun yang berbahan dasar logam, sehingga mereka bisa menerima order dari luar Astra," ujar Haposan. "Bahkan ketika saya baru mendirikan PT Eka Sejahtera Mulia (anggota dari PT Usbersa Mitra Logam) becak pun saya las," aku mantan engineer di Garuda Indonesia dan Merpati ini.

Haposan menyebutkan, PT Eka Sejahtera miliknya selain mengerjakan order dari Astra juga melayani order-order dari luar. Misalnya, mengerjakan bak-bak truk di antaranya dari United Tractor. Meski setelah dipegangnya PT Usbersa Mitra Logam bisa mencetak laba dan membagikan "dividen" kepada para pemegang saham, namun persoalan baru menghadang perusahaan yang telah beroperasi 13 tahun itu.

"Sejak saya menjadi direktur utama pada tahun ke-9, saya mengubah manajemen sehingga walaupun sedikit telah memberikan dividen kepada pemegang saham. Sebelumnya boro-boro membagi dividen, membayar pajak dan operasional perusahaan pun kami harus patungan," ujarnya seraya menambahkan ada pengurus sebelumnya yang "nakal" dengan memberikan pekerjaan dari Astra untuk perusahaan milik pengurus tersebut.

Menurut Haposan, persoalan yang kini tengah dihadapi oleh PT Usbersa Mitra Logam adalah kontrak tempat di SUIK yang hampir habis. Menurutnya, nilai sewa kontrak yang baru terlalu mahal sehingga ia tengah mencari alternatif di tempat lain. "Tetapi itu pun juga masih sulit karena ia harus mempertimbangkan suatu tempat yang bisa menaungi 10 perusahaan industri logam yang menjadi pemegang saham PT Usbersa Mitra Logam. -berbagai sumber/tabloid probis/info usaha